Prabowo Subianto, Letnan Jenderal (Purn) TNI, yang saat ini jadi Ketua Umum Partai Gerindra, liku-liku hidupnya menarik untuk dicermati. Perjalanan hidup pensiunan jenderal bintang tiga kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1951 itu, bak sebuah drama. Pernah berada dekat sekali dengan kekuasaan, tapi tiba-tiba terhempas jatuh. Bahkan setelah itu, Prabowo 'terpaksa' harus tetirah beberapa saat di negeri orang.
Ayahnya adalah ekonom terkenal di negeri ini. Seorang akademisi yang disebut begawannya ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo. Sementara ibunya, adalah Dora Marie Sigar, perempuan berdarah Manado-Belanda.
Saat Prabowo belia, ia sudah merasakan bagaimana sulitnya jadi anak pelarian politik. Ya, ayahnya ketika itu bergabung dengan kelompok PRRI/Permesta yang melakukan perlawanan kepada pemerintah pusat, yang ketika itu dipimpin oleh Soekarno.
Karena keterlibatannya di PRRI/Permesta, keluarga Prabowo terpaksa harus lari ke luar negeri. Prabowo pun, pindah dari satu negara ke negara lain. Sampai akhirnya Soekarno jatuh. Lalu naiklah Soeharto ke puncak kekuasaan. Di era Soeharto itulah, Prabowo sempat meroket. Di militer karirnya melesat. Bahkan banyak yang menyebut Prabowo adalah calon kuat pengganti Soeharto andai turun nanti.
Tapi prediksi itu salah. Justru setelah Soeharto jatuh, Prabowo pun ikut jatuh. Tidak hanya itu, karirnya dimiliter harus berhenti. Ia dipensiunkan dini karena kasus penculikan. Padahal ketika itu, Prabowo sedang menjabat Pangkostrad, jabatan yang pernah disandang mertuanya, sebelum melangkah jadi Presiden. Jika merujuk pada kelaziman karir di militer, setelah Pangkostrad, kemungkinan besar Prabowo akan naik jadi Kasad. Dari Kasad naik lagi jadi Panglima. Wiranto, menapaki karir seperti itu. Tapi sayang, karir Prabowo berhenti mendadak. Ia dipensiunkan dini dari dinas militer. Berikut 7 fakta menarik tentang sosok Prabowo Subianto.
1. Kakeknya seorang pendiri bank nasional dan tokoh koperasi
Kakeknya Prabowo, atau ayahnya Soemitro Djojohadikusumo, ternyata bukanlah orang sembarangan di republik ini. Margono Djojohadikusumo, demikian nama kakeknya Prabowo. Ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo sendiri merupakan anak pertama Margono. Margono dari pernikahannya dengan Siti Katoemi Wirodiharjo dikarunia tiga anak, yakni Soemitro Djojohadikusumo, Soebianto Djojohadikusumo, dan Taruna Soejono Djojohadikusumo.
Margono sendiri adalah tokoh pergerakan di era sebelum kemerdekaan. Ia salah satu pendiri Bank Negara Indonesia yang sekarang bernama BNI. Margono juga salah satu tokoh koperasi di Indonesia.
2. Pernah diterima di tiga iniversitas ternama di Amerika tapi tak diambil
Usai lulus sekolah menengah di London pada, Prabowo awalnya hendak melanjutkan kuliah di universitas. Ia pun sudah ikut tes. Hasilnya luar biasa, Prabowo lulus tes dan diterima di tiga universitas ternama di Amerika Serikat. Pertama, Prabowo diterima di Universitas Colorado, Amerika Serikat. Kedua, Prabowo juga lolos tes di Universitas George Washington, juga universitas di negeri Paman Sam. Terakhir, Prabowo lolos tes di Rhode Island University di Amerika Serikat.
Ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo senang Prabowo bisa lolos tes di universitas ternama. Soemitro sendiri sebenarnya ingin putranya itu seperti dirinya, jadi ilmuwan atau pakar. Ibu Prabowo juga amat senang, sang anak lolos ke perguruan tinggi tenar.
Tapi, tiket ke tiga universitas ternama itu tak diambilnya. Prabowo justru memilih masuk ke Akademi Militer. Prabowo memilih masuk tentara yang kelak mengubah sejarah hidupnya. Ibunya pada awalnya sangat kecewa. Ibunya di awal-awal Prabowo sudah masuk Akmil, masih terus membujuk putranya agar keluar dan meneruskan pendidikan di universitas. Tapi Prabowo bersikukuh. Akhirnya, ayah serta ibunya menerima pilihan Prabowo.
3. Jadi tentara karena terinspirasi dua pamannya yang gugur di pertempuran
Menjadi seorang tentara, ternyata obsesi Prabowo sejak masih remaja. Adalah kisah heroik dua pamannya atau dua adik ayahnya yang menginsiprasi dia untuk jadi tentara. Dua pamannya Prabowo itu tak lain adalah Soebianto Djojohadikusumo, dan Soejono Djojohadikusumo.
Dua pamannya gugur dalam peristiwa Lengkong di Tangerang tahun 1946. Saat itu, sejumlah taruna Akademi Militer Tangerang yang berada di bawah naungan Resimen IV Tentara Republik Indonesia, mendatangi markas tentara Jepang dengan tujuan melucuti senjatanya. Para taruna Akademi Militer itu dipimpin oleh Mayor Daan Mogot. Dua pamannya Prabowo, ikut dalam rombongan para taruna itu.
Entah mengapa, proses pelucutan senjata tentara Jepang itu berujung pertempuran. Sebanyak 33 taruna dan 3 perwira akademi gugur. Termasuk dua pamannya Prabowo. Satu pamannya, Soebijanto Djojohadikusumo saat itu berpangkat Letnan. Sementara satunya lagi Soejono masih berstatus taruna.
Peristiwa heroik di Lengkong ini tercatat terus dibenak Prabowo. Adalah ayahnya yang selalu menceritakan kisah gugurnya dua pamannya tersebut. Bahkan ayahnya, Soemitro sering memperlihatkan ke Prabowo, ransel serta topi militer yang pernah dipakai dua pamannya tersebut. Sejak mendengar kisah heroik pamannya itu, Prabowo pun punya keinginan seperti dua adik ayahnya itu. Cita-cita jadi tentara pun menggebu sejak saat itu.
4. Pernah jadi menantu Presiden
Di era Orde Baru masih berkuasa, Prabowo Subianto bisa dikatakan sebagai salah satu orang penting di lingkaran Presiden. Ya, dia adalah menantu Soeharto, penguasa Orde Baru, setelah mempersunting salah satu putrinya, Siti Hediati Hariyadi. Pada tahun 1983, Prabowo menikah dengan Siti Hediati. Dari pernikahannya itu, Prabowo dikarunia satu orang anak, yakni Ragowo Hediprasetyo atau biasa dipanggil Didit.
Sayang, usai Soeharto lengser, hubungan Prabowo dengan keluarga mertunya merenggang. Bahkan oleh putra-putri Pak Harto, Prabowo dianggap berkhianat. Dianggap ikut mendongkel Soeharto dari kursi Presiden. Seperti diketahui, Soeharto mundur sebagai Presiden pada 21 Mei 1998. Prabowo pun akhirnya bercerai dengan Siti Hediati.
5. Pernah jadi calon wakil presiden dan calon presiden, tapi semuanya gagal
Fakta menarik lainnya dari seorang Prabowo Subianto adalah ketika dia mulai masuk gelanggang politik. Ia sempat daftar jadi peserta konvensi calon presiden di Partai Golkar. Tapi gagal. Yang menang konvensi adalah Wiranto, mantan Panglima TNI yang disebut-sebut juga rivalnya saat di militer. Kemudian Prabowo mendirikan partai sendiri bernama Partai Gerindra. Pada pemilihan legislatif 2009, partainya lumayan dapat suara. Ketika itu, Prabowo oleh partainya sudah dideklarasikan jadi calon presiden.
Tapi karena suara partainya tak begitu signifikan, mau tak mau Prabowo harus mencari kawan koalisi, agar bisa memenuhi syarat pencapresan. Namun ternyata tak mudah. Banyak partai yang sudah merapat ke kubu inkumben, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang jadi Presiden saat itu dan hendak maju lagi ke medan pemilihan.
Akhirnya, Prabowo mendapat kawan koalisi. Ia merapat ke PDIP. Tapi yang jadi persoalan PDIP sudah mencalonkan Megawati Soekarnoputri, ketua umumnya sebagai capres. Maka, mau tak mau Prabowo harus rela jadi calon orang kedua.
Pemilihan presiden 2009 pun digelar. Tiga pasangan calon resmi bertarung. Tiga pasangan calon itu adalah, pasangan SBY-Boediono, Megawati-Prabowo dan Jusuf Kalla-Wiranto. Sejarah mencatatkan yang jadi pemenang adalah pasangan SBY-Boediono.
Pada pemilihan presiden 2014, kembali Prabowo maju gelanggang. Kali ini ia berhasil jadi capres dengan dukungan beberapa partai. Hatta Rajasa jadi pasangan duetnya. Lawannya kali ini adalah Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla yang diusung oleh PDIP, Hanura, PKB dan NasDem. Di pemilihan presiden 2014, kembali Prabowo menelan pil pahit. Ia kembali harus menerima kekalahan. Kalah oleh duet Jokowi dan Jusuf Kalla. Jadi, dua kali sudah Prabowo gagal di arena pemilihan presiden dan wakil presiden. Sepertinya pada pemilihan presiden 2019, Prabowo akan kembali maju gelanggang. Apakah bisa menang? Hanya waktu nanti yang akan menjawab.
6. Diberhentikan dini dari dinas militer
Salah satu kenangan paling pahit yang dirasakan Prabowo, selain dicap pengkhianat oleh keluarga mertuanya adalah diberhentikan dini dari dinas militer. Padahal dunia militer sangat dicintai Prabowo. Tapi di dunia itu pula, karirnya terhempas dengan paksa.
Adalah kasus penculikan para aktivis menjelang Soeharto jatuh yang menjadi titik balik karir Prabowo. Prabowo dinilai ikut bertanggungjawab atas sejumlah aksi penculikan yang dilakukan Tim Mawar, tim yang dibentuk beberapa prajurit Kopassus, satuan khusus yang sempat dipimpinnya. Ketika penculikan terjadi, Prabowo memang sedang menjabat Komandan Jenderal Kopassus dengan pangkat Mayor Jenderal. Kemudian ia naik jabatan jadi Pangkostrad. Posisinya digantikan oleh Mayjen Muchdi PR.
Ketika aksi penculikan terungkap, TNI membentuk Dewan Kehormatan Perwira. DKP dibentuk untuk memeriksa para perwira di TNI yang diduga terlibat dalam penculikan. Yang diperiksa adalah Prabowo Subianto, yang saat itu sudah jadi Pangkostrad dengan pangkat Letjen.
Ketua DKP adalah Jenderal Subagyo HS, Kasad yang juga mantan atasan Prabowo di Kopassus. Anggota semuanya bintang tiga, salah satunya adalah SBY.
Nah, di DKP, yang sempat jadi atasan Prabowo, Selain Subagyo, adalah Agum Gumelar. Letnan Jenderal ketika itu pangkatnya. Melalui sebuah proses persidangan, DKP akhirnya memutuskan memberhentikan Prabowo dari dinas militer. Prabowo pun terpaksa harus pensiun dini. Dalam sebuah kesempatan, Prabowo pernah mengatakan, tak ada perwira tinggi yang dipermalukan sedemikian rupa oleh institusinya, seperti dirinya. Tapi ia mengaku tak menaruh dendam pada siapapun. Ia ikhlas atas pemberhentian itu. Bagaimana pun ia seorang komandan. Kata dia, di militer, tak ada anak buah yang salah. Yang salah, adalah komandannya. Maka, ia memutuskan memikul semua tanggung jawab itu. Pada tahun 1998, Prabowo resmi diberhentikan dari dinas militer.
7. Jadi warga negara kehormatan Jordania
Usai tak lagi jadi militer, Prabowo banting setir jadi pengusaha. Ia pun pergi ke luar negeri. Sempat lama tinggal di Jordania. Ya, Prabowo punya kedekatan khusus dengan Raja Yordania, Abdullah. Saat masih jadi putra mahkota, Abdullah sempat ikut pendidikan militer di Amerika Serikat. Di negara tersebut, ia mengenal Prabowo yang juga sedang menempuh pendidikan militernya. Keduanya pun dekat.
Karena itu, ketika Prabowo tak lagi jadi tentara, Abdullah memintanya untuk tinggal di Jordania. Bahkan Prabowo sempat ikut melatih pasukan khusus Jordania. Hingga dianugerahi warga kehormatan Jordania
Referensi : vebma.com